Kesetiaan sesorang bisa dideteksi dari suaranya. Berdasar studi Department of Psychology, Neuroscience and Behavioral McMaster University, Ontario, Kanada nada suara mempengaruhi persepsi kecurangan seseorang. ”Ini mungkin karena ada kaitan antara pitch, hormon dan perselingkuhan," kata David Feinberg penasehat studi tersebut yang juga asisten profesor di Department of Psychology, Neuroscience and Behavioral. Pitch adalah kemampuan seseorang untuk mengenali suatu nada.
Feinberg menjelaskan, pria dengan kadar testosteron yang lebih tinggi memiliki suara bernada rendah dan wanita dengan tingkat estrogen yang lebih tinggi memiliki suara bernada tinggi. ”Tingkat tinggi hormon ini berhubungan dengan perilaku setia,” kata dia. Temuan ini menunjukkan individu yang sadar dan paham dengan kaitan inii dapat menggunakannya untuk mencari pasangan setia.
Saat memilih pasangan, wanita percaya makin rendah suara pria, semakin besar kemungkinannya selingkuh. Sebaliknya pria juga berpikir, wanita dengan suara yang lebih tinggi lebih mungkin untuk tidak setia.
Penelitian yang diterbitkan dalam edisi terbaru jurnal online Evolutionary Psychology ini merupakan studi pertama yang menguji hubungan antara nada suara dan perselingkuhan. Penelitian ini menawarkan cara bagaimana kita memilih pasangan.
Menurut Jillian O'Connor, penulis studi ini yang juga mahasiswa pascasarjana di Department of Psychology, Neuroscience and Behavioral menyatakan, dalam strategi seksual, kami menemukan bahwa pria dan wanita akan menggunakan nada suara sebagai peringatan kemungkinan selingkuh di masa depan. ”Suara yang lebih tinggi pada wanita dan suara yang lebih rendah pada pria, menunjukkan makin besar kemungkinan kelak dia akan berbuat curang," kata dia.
Dengan mempelajari evolusi suara manusia, O’Connor mempelajari cara untuk menghindari pasangan yang tidak. Dalam studinya, peserta penelitian diminta untuk mendengarkan dua versi suara yang direkam, baik dari pria dan wanita. Versi asli dan versi elektronik yang dimanipulasi. Mereka kemudian ditanyai, pemilik suara mana yang lebih mungkin untuk berselingkuh. Hasilnya wanita percaya makin rendah suara pria, semakin besar kemungkinannya menipu. Sebaliknya pria juga berpikir, wanita dengan suara yang lebih tinggi lebih mungkin untuk tidak setia.
Feinberg menjelaskan, pria dengan kadar testosteron yang lebih tinggi memiliki suara bernada rendah dan wanita dengan tingkat estrogen yang lebih tinggi memiliki suara bernada tinggi. ”Tingkat tinggi hormon ini berhubungan dengan perilaku setia,” kata dia. Temuan ini menunjukkan individu yang sadar dan paham dengan kaitan inii dapat menggunakannya untuk mencari pasangan setia.
Saat memilih pasangan, wanita percaya makin rendah suara pria, semakin besar kemungkinannya selingkuh. Sebaliknya pria juga berpikir, wanita dengan suara yang lebih tinggi lebih mungkin untuk tidak setia.
Penelitian yang diterbitkan dalam edisi terbaru jurnal online Evolutionary Psychology ini merupakan studi pertama yang menguji hubungan antara nada suara dan perselingkuhan. Penelitian ini menawarkan cara bagaimana kita memilih pasangan.
Menurut Jillian O'Connor, penulis studi ini yang juga mahasiswa pascasarjana di Department of Psychology, Neuroscience and Behavioral menyatakan, dalam strategi seksual, kami menemukan bahwa pria dan wanita akan menggunakan nada suara sebagai peringatan kemungkinan selingkuh di masa depan. ”Suara yang lebih tinggi pada wanita dan suara yang lebih rendah pada pria, menunjukkan makin besar kemungkinan kelak dia akan berbuat curang," kata dia.
Dengan mempelajari evolusi suara manusia, O’Connor mempelajari cara untuk menghindari pasangan yang tidak. Dalam studinya, peserta penelitian diminta untuk mendengarkan dua versi suara yang direkam, baik dari pria dan wanita. Versi asli dan versi elektronik yang dimanipulasi. Mereka kemudian ditanyai, pemilik suara mana yang lebih mungkin untuk berselingkuh. Hasilnya wanita percaya makin rendah suara pria, semakin besar kemungkinannya menipu. Sebaliknya pria juga berpikir, wanita dengan suara yang lebih tinggi lebih mungkin untuk tidak setia.
No comments:
Post a Comment