Gunung Merapi yang berada di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah sudah mengeluarkan material panas yang terlihat dari pos pengamatan Merapi di Kaliurang.
Status gunung yang sudah dinaikkan menjadi Awas sejak 25 Oktober itu menunjukkan aktivitas yang semakin meningkat secara signifikan. Material panas tersebut muncul pada Senin (25/10) malam.
“Meskipun sudah menyemburkan material panas, bukan berarti Merapi segera meletus, namun itu menjadi tanda kalau magma sudah mendekati puncak,” kata Subandrio, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Selasa (26/10).
Menurut Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi saat ditemui di kantor BPPTK, keberadaan magma Gunung Merapi tinggal 1 kilometer dari puncak. Tekanan itu menimbulkan deformasi (penggembungan) tubuh gunung yang setiap harinya mencapai 42 sentimeter. Sejak ditetapkan statusnya menjadi Waspada hingga Awas deformasi sudah lebih dari 2 meter.
“Guguran material Merapi ini menggantikan tanda meletusnya Merapi 2006. Dulu membentuk kubah, sekarang Merapi memberi tanda dengan adanya banyak guguran,” kata dia.
Data di BPPTK menunjukkan jumlah guguran material pada Minggu (24/10) tercatat sebanyak 194 kali dan meningkat menjadi 454 kali pada Senin (25/10) dan pada Selasa (26/10) hingga pukul 06.00 WIB telah tercatat sebanyak 79 kali guguran.
Menurut dia, meningkatnya guguran material menggantikan tanda munculnya kubah lava yang menjadi salah satu tanda utama bahwa gunung berapi teraktif tersebut akan segera meletus.
Data itu juga menunjukkan aktivitas seismik lain juga meningkat. Pada Minggu (24/10) terjadi sebanyak 80 kali gempa vulkanik, meningkat menjadi 222 kali pada Senin (25/10), begitu pula dengan gempa multiphase dari 588 kali menjadi 624 kali. Hingga pukul 06.00 WIB Selasa (25/10) terjadi sebanyak 123 kali gempa multiphase dan 82 kali gempa vulkanik.
"Pesan-pesan dari Merapi semoga bisa dipahami sebagai langkah antisipasi jika sewaktu-waktu meletus,” kata Surono.
Status gunung yang sudah dinaikkan menjadi Awas sejak 25 Oktober itu menunjukkan aktivitas yang semakin meningkat secara signifikan. Material panas tersebut muncul pada Senin (25/10) malam.
“Meskipun sudah menyemburkan material panas, bukan berarti Merapi segera meletus, namun itu menjadi tanda kalau magma sudah mendekati puncak,” kata Subandrio, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Selasa (26/10).
Menurut Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi saat ditemui di kantor BPPTK, keberadaan magma Gunung Merapi tinggal 1 kilometer dari puncak. Tekanan itu menimbulkan deformasi (penggembungan) tubuh gunung yang setiap harinya mencapai 42 sentimeter. Sejak ditetapkan statusnya menjadi Waspada hingga Awas deformasi sudah lebih dari 2 meter.
“Guguran material Merapi ini menggantikan tanda meletusnya Merapi 2006. Dulu membentuk kubah, sekarang Merapi memberi tanda dengan adanya banyak guguran,” kata dia.
Data di BPPTK menunjukkan jumlah guguran material pada Minggu (24/10) tercatat sebanyak 194 kali dan meningkat menjadi 454 kali pada Senin (25/10) dan pada Selasa (26/10) hingga pukul 06.00 WIB telah tercatat sebanyak 79 kali guguran.
Menurut dia, meningkatnya guguran material menggantikan tanda munculnya kubah lava yang menjadi salah satu tanda utama bahwa gunung berapi teraktif tersebut akan segera meletus.
Data itu juga menunjukkan aktivitas seismik lain juga meningkat. Pada Minggu (24/10) terjadi sebanyak 80 kali gempa vulkanik, meningkat menjadi 222 kali pada Senin (25/10), begitu pula dengan gempa multiphase dari 588 kali menjadi 624 kali. Hingga pukul 06.00 WIB Selasa (25/10) terjadi sebanyak 123 kali gempa multiphase dan 82 kali gempa vulkanik.
"Pesan-pesan dari Merapi semoga bisa dipahami sebagai langkah antisipasi jika sewaktu-waktu meletus,” kata Surono.
No comments:
Post a Comment