Bank Indonesia (BI) memastikan suku bunga acuan (BI Rate) akan dipertahankan pada level 7,5% untuk 2014 mendatang. Namun, BI Rate masih dapat turun sejalan membaiknya kondisi nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Dody Budi Waluyo ketika dijumpai dalam acara HSBC Global Economic Outlook 2014 di Jakarta, Rabu (4/12). Menurutnya, naiknya BI rate sampai level 7,5% untuk menjaga Current Account Defisit (CAD), kemungkinan turun tinggal menungu kondisi tahun depan.
"BI rate akan lebih melihat kondisi perekonomian di tahun depan. Kita akan lihat dulu semua data dan indikator yang ada. Suku bunga turun tergantung indikator nilai tukar stabil dan inflasi rendah, setidaknya kita pertahankan di level itu," jelas Dody ketika dikonfirmasi.
Selama kepemimpinan Agus Martowardojo sebagai Gubernur BI, bunga acuan sudah naik 5 kali. Yakni mulai 13 juni 2013 menjadi 6% dari 5,75% yang bertahan selama 14 bulan pada kepemiminan Darmin Nasution. Kemudian pada 11 Juli naik menjadi 6,5%, 29 Agustus menjadi 7%, 12 September naik ke 7,25%, dan terakhir hari ini kembali naik menjadi 7,5%.
Selain itu, Dody memberikan alasan BI sampai menaikan suku bunga hingga 7,5%. Alasannya karena situasi global yang belum stabil yang berdampak pada domestik.
"Begini pilihan suku bunga karena kita akan memilih kebijakan menaikan suku bunga, jadi kalau kondisi mengarah instabilitas pilihan terpaksa dilakukan hal tersebut," ucap Dody.
Dody menjelaskan instabilitas tercermin pada penyaluran kredit perbankan dalam menyalurkan kredit pada kondisi gejolak ekonomi. Sehingga kalau sudah terjadi seperti itu menaikan suku bunga menjadi pilihan.
"Kita banyak over spending, inflow banyak membuat spanding lebih banyak terjadi tekanan Current Account Defisit (CAD). Pilihan nila tukar tertekan," katanya.
Sumber : www.metrotvnews.com
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Dody Budi Waluyo ketika dijumpai dalam acara HSBC Global Economic Outlook 2014 di Jakarta, Rabu (4/12). Menurutnya, naiknya BI rate sampai level 7,5% untuk menjaga Current Account Defisit (CAD), kemungkinan turun tinggal menungu kondisi tahun depan.
"BI rate akan lebih melihat kondisi perekonomian di tahun depan. Kita akan lihat dulu semua data dan indikator yang ada. Suku bunga turun tergantung indikator nilai tukar stabil dan inflasi rendah, setidaknya kita pertahankan di level itu," jelas Dody ketika dikonfirmasi.
Selama kepemimpinan Agus Martowardojo sebagai Gubernur BI, bunga acuan sudah naik 5 kali. Yakni mulai 13 juni 2013 menjadi 6% dari 5,75% yang bertahan selama 14 bulan pada kepemiminan Darmin Nasution. Kemudian pada 11 Juli naik menjadi 6,5%, 29 Agustus menjadi 7%, 12 September naik ke 7,25%, dan terakhir hari ini kembali naik menjadi 7,5%.
Selain itu, Dody memberikan alasan BI sampai menaikan suku bunga hingga 7,5%. Alasannya karena situasi global yang belum stabil yang berdampak pada domestik.
"Begini pilihan suku bunga karena kita akan memilih kebijakan menaikan suku bunga, jadi kalau kondisi mengarah instabilitas pilihan terpaksa dilakukan hal tersebut," ucap Dody.
Dody menjelaskan instabilitas tercermin pada penyaluran kredit perbankan dalam menyalurkan kredit pada kondisi gejolak ekonomi. Sehingga kalau sudah terjadi seperti itu menaikan suku bunga menjadi pilihan.
"Kita banyak over spending, inflow banyak membuat spanding lebih banyak terjadi tekanan Current Account Defisit (CAD). Pilihan nila tukar tertekan," katanya.
Sumber : www.metrotvnews.com
No comments:
Post a Comment