Ketika saya masih remaja kemalasan sering menghampiri terutama saat saya menghadapi masalah yang sulit dipecahkan, wujud keputusasaan ini membawa saya kepada kesedihan yang berkepanjangan dan membuat tidak percaya diri. Kata-kata yang sering saya lontarkan seperti malas ah...! waktu-waktu yang saya sering bermalasan adalah waktu bangun tidur, untuk melakukan sesuatu yang akhirnya tertunda, melakukan hal yang penting yang merupakan tugas utama .
Tetapi kesadaran saya muncul karena suatu hal, apa saja hal tersebut :
Pertama saya bertemu dan menemukan buku motivasi karangan Dr. Norman Vincent Peale yang judulnya How to life and positive thinking ! Buku motivasi pertama yang saya baca dalam hidup saya yang memberikan inspirasi luar biasa dengan perubahan 100 % dalam diri, padahal sejak kecil saya telah diajarkan agama dan budaya oleh keluarga tetapi tidak membekas dan ternyata hal tersebut menjadi titik kebangkitan pribadi.
Buku ini mengajarkan kita selalu optimis dan berfikir positif dan meyakini kelebihan dalam diri. Ternyata kemalasan adalah hasil pikiran-pikiran kita yang negatif.
Kedua saya menyadari bahwa kemalasan itu diakibatkan kita tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam hidup, tujuan yang terlalu global dan general atau umum tidak specifik. Kebanyakan orang tidak mempunyai tujuan yang jelas bahkan tidak mempunyainya maka timbullah kemalasan karena tidak termotivasi untuk mengejar dan meraih apapun dalam hidup.
Ketiga adalah cara pandang yang salah dalam memahami sesuatu, hal ini karena informasi atau pengetahuan yang kurang luas sehingga kita tidak mengerti apa akibatnya. Contohnya jika dia mengartikan hidup ini bersenang-senang maka dia akan cenderung malas dan berbuat seenaknya tanpa arah atau manfaat bagi sesama bahkan merugikan. Jika dia berprinsip bahwa hidup ini perjuangan untuk menemukan kebenaran maka dia akan belajar dan mencari terus yang diinginkan tersebut.
Hal yang selanjutnya penyebab malas adalah konsep diri yang negatif atau melihat gambaran dirinya yang jelek dan tidak beruntung sehingga tidak berani berkompetisi dan berharap. Mereka akan menjadi the Looser atau pecindang atau penonton bukan pemain atau the winner (pemenang).
Pengetahuan akan membentuk cara pandang seseorang dan cara pandang (paradigma)akan membentuk sikap perilaku benar atau salah, kemalasan adalah bagian dari perilaku negatif atau salah, karena menurut agama itu dosa contoh malas ibadah akan membawa ke neraka.
Bagaimana cara-cara praktis menghadapi kemalasan ini ?
1. Membuat Tujuan
Orang yang malas biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki motivasi biasanya tidak memiliki tujuan-tujuan hidup yang pantas dan layak untuk diraih dan orang yang tidak memiliki tujuan hidup biasanya sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah menuliskan resolusi atau komitmen komitmen pencapaian hidup.
Di sinilah pangkal persoalannya. Tanpa tujuan, resolusi, atau komitmen pencapaian hidup. Maka seseorang hanya bergerak secara naluriah dan sangat rentan diombang-ambingkan situasi di sekelilingnya. Posisi seperti ini membuatnya menjadi pasif, menunggu, tergantung pada situasi, dan cenderung menyerah pada nasib. Dalam keadaan seperti ini, tidak akan ada motivasi untuk meraih atau mencapai sesuatu. Tidak adanya sumber-sumber motivasi hidup menyebabkan kemalasan. biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik.
2. Mengasah Kemampuan
Orang yang memiliki tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi, dan komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi. Tetapi dengan tujuan yang samar-samar, jelas tidak memberikan dampak motivasional yang signifikan. Akan lebih baik lagi jika tujuan dilengkapi dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti mencari cara yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Kita juga perlu sekali mengasah kemampuan atau ketrampilan supaya langkah yang diambil itu akan membawa kita pada pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Contoh: Jika pada tahun yang sudah ditargetkan kita ingin menjadi konsultan, maka sejak sekarang aktivitas-aktivitas kita sudah harus difokuskan ke arah tujuan tersebut. Kita harus terus mengasah kemampuan mendiagnosa masalah, menemukan penyebab, menganalisis, mengkomunikasikan gagasan, menawarkan solusi, dan memperbaiki kemampuan presentasi.
3. Pergaulan Dinamis
Para pemenang berkumpul dengan sesama pemenang, sementara para pecundang cenderung berkumpul dengan sesama pecundang. Ungkapan tersebut mengandung kebenaran. Sulit sekali bagi seorang pemalas untuk hidup di lingkungan para pemenang. Sulit bagi orang malas untuk berada secara nyaman di tengah-tengah orang yang sangat optimis, sibuk, giat bekerja, dan bersemangat mengejar prestasi. Demikian sebaliknya, sulit sekali bagi para pemegang prestasi tinggi untuk betah berlama-lama dengan para orang malas dan pesimistik.
Situasi atau lingkungan di mana kita berada sungguh ada pengaruhnya. Orang yang mulai dihinggapi rasa malas sangat dianjurkan agar menjauhi mereka yang juga mulai diserang kebosanan, putus asa, rasa enggan, apalagi berpikiran negatif. Sepintas, berkeluh kesah dengan orang-orang seperti itu dapat melegakan hati. Ada semacam rasa pelepasan dari belenggu psikologis. Walau demikian, dalam situasi malas sedang menyerang, mendekati orang-orang yang sedang down sama sekali tidak menolong satu sama lain. Rasa malas dan kebuntuan justru bisa tambah menjadi-jadi. Ini bisa menjerumuskan masing-masing pihak pada pesimisme, keputusasaan, dan kemalasan total.
Jika rasa malas mulai menyerbu kita, maka jangan berlama-lama duduk berdiam diri. Cara paling ampuh menghilangkan kemalasan adalah bangkit berdiri dan menghampiri orang yang sedang tekun dan bersemangat melakukan sesuatu. Dekati mereka yang sedang bekerja keras untuk meraih impian-impiannya. Manusia optimis, termotivasi, punya ambisi, berpikiran positif, dan memiliki tujuan hidup pasti. Umumnya memancarkan aura positif kepada apapun dan siapapun di sekelilingnya. Pancaran optimisme dan semangat itulah yang bisa menginspirasi orang lain, bahkan menularkan semangat yang sama sehingga orang lain jadi ikut tergerak.
Rasa malas jelas merugikan. Obat mujarabnya adalah menumbuhkan kebiasaan mendisiplinkan diri dan menjaga kebiasaan positif tersebut. Sekalipun seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar jika kemalasannya mudah muncul, maka cita-cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian. Jadi, kalau Anda ingin sukses jangan mempermudah munculnya rasa malas.
4. Ganti “Kapan Selesainya” dengan “Saya Mulai Sekarang”
Apabila Anda dihadapkan pada satu tugas besar atau proyek, anda sebaiknya jangan berpikir mengenai rumitnya tugas tersebut dan membayangkan kapan bisa diselesaikan. Sebaliknya, fokuslah pada pikiran positif dengan membagi tugas besar tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menyelesaikannya satu demi satu. Katakan setiap kali anda bekerja: “Saya mulai sekarang”. Cara pandang ini akan menghindarkan anda dari perasaan terbebani, stress, dan kesulitan. Anda membuat sederhana tugas di depan anda dengan bertindak positif. Fokus anda hanya pada satu hal pada satu waktu, bukan banyak hal pada saat yang sama.
5. Ganti “Saya Harus” dengan “Saya Ingin”
Berpikir bahwa anda harus mengerjakan sesuatu secara otomatis akan mengundang perasaan terbebani dan anda menjadi malas mengerjakannya. Anda akan mencari seribu alasan untuk menghindari tugas tersebut. Satu tips yang bisa anda gunakan adalah mengganti “Saya harus mengerjakannya” dengan “Saya ingin mengerjakannya”. Cara pikir seperti ini akan menghilangkan mental blok dengan menerima bahwa anda tidak harus melakukan pekerjaan yang anda tidak mau. Anda mau mengerjakan tugas karena memang anda ingin mengerjakannya, bukan karena paksaan pihak lain. Anda selalu punya pilihan dalam kehidupan ini. Tentunya pilihan anda sebaiknya dibuat dengan sadar dan tidak merugikan orang lain. Intinya adalah tidak ada seorang pun di dunia ini yang memaksa anda melakukan apa saja yang anda tidak mau lakukan.
6. Anda Bukan Manusia Sempurna
Berpikir bahwa Anda harus menyelesaikan pekerjaan sesempurna mungkin akan membawa Anda dalam kondisi mental tertekan. Akibatnya anda mungkin akan malas memulainya. Anda harus bisa menerima bahwa anda pun bisa berbuat salah dan tidak semua harus sempurna. Dalam konteks pekerjaan, anda punya kesempatan untuk melakukan perbaikan berulang kali. Anda selalu bisa negosiasi dengan bos anda untuk meminta waktu tambahan dengan alasan yang masuk akal. Mulai pekerjaan dari hal yang kecil dan sederhana, kemudian tingkatkan seiring dengan waktu. Berpikir bahwa pekerjaan harus diselesaikan secara sempurna akan membuat anda memandang pekerjaan tersebut dari hal yang besar dan rumit.
sumber:http://renunganharian-cahaya-bangsa.blogspot.com/2013/02/cara-mengatasi-rasa-malas.html
Orang yang malas biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki motivasi biasanya tidak memiliki tujuan-tujuan hidup yang pantas dan layak untuk diraih dan orang yang tidak memiliki tujuan hidup biasanya sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah menuliskan resolusi atau komitmen komitmen pencapaian hidup.
Di sinilah pangkal persoalannya. Tanpa tujuan, resolusi, atau komitmen pencapaian hidup. Maka seseorang hanya bergerak secara naluriah dan sangat rentan diombang-ambingkan situasi di sekelilingnya. Posisi seperti ini membuatnya menjadi pasif, menunggu, tergantung pada situasi, dan cenderung menyerah pada nasib. Dalam keadaan seperti ini, tidak akan ada motivasi untuk meraih atau mencapai sesuatu. Tidak adanya sumber-sumber motivasi hidup menyebabkan kemalasan. biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik.
2. Mengasah Kemampuan
Orang yang memiliki tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi, dan komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi. Tetapi dengan tujuan yang samar-samar, jelas tidak memberikan dampak motivasional yang signifikan. Akan lebih baik lagi jika tujuan dilengkapi dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti mencari cara yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Kita juga perlu sekali mengasah kemampuan atau ketrampilan supaya langkah yang diambil itu akan membawa kita pada pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Contoh: Jika pada tahun yang sudah ditargetkan kita ingin menjadi konsultan, maka sejak sekarang aktivitas-aktivitas kita sudah harus difokuskan ke arah tujuan tersebut. Kita harus terus mengasah kemampuan mendiagnosa masalah, menemukan penyebab, menganalisis, mengkomunikasikan gagasan, menawarkan solusi, dan memperbaiki kemampuan presentasi.
3. Pergaulan Dinamis
Para pemenang berkumpul dengan sesama pemenang, sementara para pecundang cenderung berkumpul dengan sesama pecundang. Ungkapan tersebut mengandung kebenaran. Sulit sekali bagi seorang pemalas untuk hidup di lingkungan para pemenang. Sulit bagi orang malas untuk berada secara nyaman di tengah-tengah orang yang sangat optimis, sibuk, giat bekerja, dan bersemangat mengejar prestasi. Demikian sebaliknya, sulit sekali bagi para pemegang prestasi tinggi untuk betah berlama-lama dengan para orang malas dan pesimistik.
Situasi atau lingkungan di mana kita berada sungguh ada pengaruhnya. Orang yang mulai dihinggapi rasa malas sangat dianjurkan agar menjauhi mereka yang juga mulai diserang kebosanan, putus asa, rasa enggan, apalagi berpikiran negatif. Sepintas, berkeluh kesah dengan orang-orang seperti itu dapat melegakan hati. Ada semacam rasa pelepasan dari belenggu psikologis. Walau demikian, dalam situasi malas sedang menyerang, mendekati orang-orang yang sedang down sama sekali tidak menolong satu sama lain. Rasa malas dan kebuntuan justru bisa tambah menjadi-jadi. Ini bisa menjerumuskan masing-masing pihak pada pesimisme, keputusasaan, dan kemalasan total.
Jika rasa malas mulai menyerbu kita, maka jangan berlama-lama duduk berdiam diri. Cara paling ampuh menghilangkan kemalasan adalah bangkit berdiri dan menghampiri orang yang sedang tekun dan bersemangat melakukan sesuatu. Dekati mereka yang sedang bekerja keras untuk meraih impian-impiannya. Manusia optimis, termotivasi, punya ambisi, berpikiran positif, dan memiliki tujuan hidup pasti. Umumnya memancarkan aura positif kepada apapun dan siapapun di sekelilingnya. Pancaran optimisme dan semangat itulah yang bisa menginspirasi orang lain, bahkan menularkan semangat yang sama sehingga orang lain jadi ikut tergerak.
Rasa malas jelas merugikan. Obat mujarabnya adalah menumbuhkan kebiasaan mendisiplinkan diri dan menjaga kebiasaan positif tersebut. Sekalipun seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar jika kemalasannya mudah muncul, maka cita-cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian. Jadi, kalau Anda ingin sukses jangan mempermudah munculnya rasa malas.
4. Ganti “Kapan Selesainya” dengan “Saya Mulai Sekarang”
Apabila Anda dihadapkan pada satu tugas besar atau proyek, anda sebaiknya jangan berpikir mengenai rumitnya tugas tersebut dan membayangkan kapan bisa diselesaikan. Sebaliknya, fokuslah pada pikiran positif dengan membagi tugas besar tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menyelesaikannya satu demi satu. Katakan setiap kali anda bekerja: “Saya mulai sekarang”. Cara pandang ini akan menghindarkan anda dari perasaan terbebani, stress, dan kesulitan. Anda membuat sederhana tugas di depan anda dengan bertindak positif. Fokus anda hanya pada satu hal pada satu waktu, bukan banyak hal pada saat yang sama.
5. Ganti “Saya Harus” dengan “Saya Ingin”
Berpikir bahwa anda harus mengerjakan sesuatu secara otomatis akan mengundang perasaan terbebani dan anda menjadi malas mengerjakannya. Anda akan mencari seribu alasan untuk menghindari tugas tersebut. Satu tips yang bisa anda gunakan adalah mengganti “Saya harus mengerjakannya” dengan “Saya ingin mengerjakannya”. Cara pikir seperti ini akan menghilangkan mental blok dengan menerima bahwa anda tidak harus melakukan pekerjaan yang anda tidak mau. Anda mau mengerjakan tugas karena memang anda ingin mengerjakannya, bukan karena paksaan pihak lain. Anda selalu punya pilihan dalam kehidupan ini. Tentunya pilihan anda sebaiknya dibuat dengan sadar dan tidak merugikan orang lain. Intinya adalah tidak ada seorang pun di dunia ini yang memaksa anda melakukan apa saja yang anda tidak mau lakukan.
6. Anda Bukan Manusia Sempurna
Berpikir bahwa Anda harus menyelesaikan pekerjaan sesempurna mungkin akan membawa Anda dalam kondisi mental tertekan. Akibatnya anda mungkin akan malas memulainya. Anda harus bisa menerima bahwa anda pun bisa berbuat salah dan tidak semua harus sempurna. Dalam konteks pekerjaan, anda punya kesempatan untuk melakukan perbaikan berulang kali. Anda selalu bisa negosiasi dengan bos anda untuk meminta waktu tambahan dengan alasan yang masuk akal. Mulai pekerjaan dari hal yang kecil dan sederhana, kemudian tingkatkan seiring dengan waktu. Berpikir bahwa pekerjaan harus diselesaikan secara sempurna akan membuat anda memandang pekerjaan tersebut dari hal yang besar dan rumit.
sumber:http://renunganharian-cahaya-bangsa.blogspot.com/2013/02/cara-mengatasi-rasa-malas.html
No comments:
Post a Comment