Setelah delapan tahun menunggu, Jawa Timur akhirnya punya pasar induk agrobisnis modern terintegrasi pertama di Indonesia, yakni di Desa Jemundo, Taman, Sidoarjo.
Kemarin (17/7), pasar induk yang diberi nama Puspa Agro itu diresmikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa yang disaksikan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Pertanian Suswono, serta Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad.
Hanya, yang diresmikan kemarin masih tahap pertama di antara tiga tahap yang direncanakan. Sesuai namanya, pasar tersebut khusus menjual hasil produk pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.
Ribuan petani serta pedagang siap melayani pembeli eceran, grosir, hingga partai besar, sehingga diharapkan mampu menjaga pasokan produk hasil bumi. Dengan begitu, harga sayur-mayur dan komoditas pertanian lainnya bisa terus stabil.
''Harga lombok keriting pada Juni lalu hanya Rp 14 ribu per kilo, tapi sekarang sudah Rp 38 ribu. Harganya melonjak karena kelangkaan produk akibat kondisi alam. Dengan adanya Puspa Agro ini, nanti cabai bisa dibuat kering atau bubuk,'' tambahnya.
Pernyataan Soekarwo itu merujuk pada fakta, dengan fasilitas pergudangan dan daya tampung Puspa Agro yang bisa melayani pedagang grosir, produk pertanian, perikanan, maupun peternakan Jatim bisa disimpan serta diolah untuk jangka waktu relatif lama. Dengan demikian, harga komoditas diharapkan bisa lebih stabil.
Pasar tahap I yang diperuntukkan bagi pedagang kecil hingga grosir tersebut memiliki 1.045 lapak yang 30 persen di antaranya diisi para petani dari 22 kabupaten di Jatim. Sementara itu, tahap II yang dijadwalkan beroperasi Desember 2010 berisi 4.000 lapak plus fasilitas cold storage, chiller, balai lelang, serta laboratorium uji kelayakan pangan.
Menurut Soekarwo, Puspa Agro yang didirikan di lahan seluas 50 hektare tersebut nanti tidak hanya menjadi pusat perdagangan, hunian, serta logistik hasil bumi. Namun, pasar itu juga akan menjadi tempat pelatihan dan pendidikan bagi petani, generasi muda, maupun masyarakat umum.
Selain empat menteri, hadir beberapa wakil negara sahabat, pengurus Kadin dari berbagai daerah di Indonesia, serta wakil pemprov dari 23 provinsi di Indonesia. Tampak pula mantan Gubernur Jatim Imam Utomo yang mencetuskan ide pasar induk Puspa Agro pada 2002 silam.
Menko Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menunjukkan apresiasinya kepada Jatim yang memiliki indikator makro ekonomi di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Dia mengungkapkan, adanya pasar induk itu makin mendongkrak potensi perekonomian Jatim pada masa depan, terutama di bidang pertanian.
''Kami mendukung pasar induk modern ini karena sesuai potensi alam dan sumber daya manusia di Jatim. Puspa Agro bisa meningkatkan perdagangan, baik antarprovinsi maupun antarnegara,'' paparnya.
Hatta berjanji segera membantu Pemprov Jatim untuk merealisasikan infrastruktur koneksivitas (akses) ke pasar agro yang diklaim terbesar kedua di Asia tersebut. Sebab, hingga kini, satu-satunya jalan masuk menuju Puspa Agro hanyalah Jalan Sawunggaling, Jemundo. Itu pun hanya dua jalur . Padahal, diperkirakan arus lalu lintas di jalan tersebut akan meningkat drastis begitu Puspa Agro beroperasi.
''Jadikan pasar induk modern Puspa Agro sebagai pasar percontohan bagi provinsi lain. Kembangkan jaringannya,'' pesan mantan menteri perhubungan itu.
Soft opening Puspa Agro dibuka dengan senam pagi pukul 06.00 yang diikuti sekitar lima ribu orang. Dilanjutkan dengan pencanangan gerakan makan telur dan minum susu. Pada puncak acara, diadakan aksi bakar ikan bandeng terpanjang yang memecahkan dua rekor Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia) sekaligus.
''Jatim patut berbangga karena di Puspa Agro dua rekor Muri terpecahkan sekaligus,'' ujar Manajer Muri Paulus Pangka.
Dua rekor itu adalah aksi bakar ikan bandeng sepanjang 5,2 kilometer dan panggangan ikan bakar sepanjang 5,5 kilometer. Untuk aksi tersebut, panitia menyiapkan 6,5 ton ikan; 6 ton arang; dan 2,5 ton minyak tanah.
Dua piagam Muri tersebut diserahkan kepada Ketua Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) Jawa Timur Nina Soekarwo dan Erlangga Satriagung, direktur utama PT Jatim Grha Utama, pengelola Pasar Induk Agrobis Puspa Agro.
Terkait dengan harga beberapa produk pertanian yang merangkak naik akhir-akhir ini, Hatta Rajasa menilai bahwa media massa, terutama televisi, terlalu membesar-besarkan. Kesannya, harga beberapa komoditas pertanian melambung tinggi. ''Kami memiliki tim yang kuat dalam hal pengendalian harga. Saat ini, bahan pokok Indonesia malah surplus hingga akhir tahun,'' tegasnya.
Soal harga cabai rawit yang naik tajam di pasar, pemerintah kembali menyalahkan waktu panen yang mundur karena perubahan iklim. Hal itu mengakibatkan stok barang langka.
Menurut Mendag Mari Elka Pangestu, pokok permasalahan perdagangan komoditas adalah masalah koneksivitas dari satu kota ke kota lain, provinsi satu ke yang lain, bahkan antarpulau. Hal tersebut menimbulkan disparitas harga yang berbeda jauh.
''Karena itu, di bawah kendali Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, kami akan membentuk tim kecil logistik nasional. Mungkin dalam jangka satu hingga dua bulan ke depan tim tersebut kami bentuk,'' jelasnya.@Jawapos.co.id
Kemarin (17/7), pasar induk yang diberi nama Puspa Agro itu diresmikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa yang disaksikan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Pertanian Suswono, serta Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad.
Hanya, yang diresmikan kemarin masih tahap pertama di antara tiga tahap yang direncanakan. Sesuai namanya, pasar tersebut khusus menjual hasil produk pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.
Ribuan petani serta pedagang siap melayani pembeli eceran, grosir, hingga partai besar, sehingga diharapkan mampu menjaga pasokan produk hasil bumi. Dengan begitu, harga sayur-mayur dan komoditas pertanian lainnya bisa terus stabil.
''Harga lombok keriting pada Juni lalu hanya Rp 14 ribu per kilo, tapi sekarang sudah Rp 38 ribu. Harganya melonjak karena kelangkaan produk akibat kondisi alam. Dengan adanya Puspa Agro ini, nanti cabai bisa dibuat kering atau bubuk,'' tambahnya.
Pernyataan Soekarwo itu merujuk pada fakta, dengan fasilitas pergudangan dan daya tampung Puspa Agro yang bisa melayani pedagang grosir, produk pertanian, perikanan, maupun peternakan Jatim bisa disimpan serta diolah untuk jangka waktu relatif lama. Dengan demikian, harga komoditas diharapkan bisa lebih stabil.
Pasar tahap I yang diperuntukkan bagi pedagang kecil hingga grosir tersebut memiliki 1.045 lapak yang 30 persen di antaranya diisi para petani dari 22 kabupaten di Jatim. Sementara itu, tahap II yang dijadwalkan beroperasi Desember 2010 berisi 4.000 lapak plus fasilitas cold storage, chiller, balai lelang, serta laboratorium uji kelayakan pangan.
Menurut Soekarwo, Puspa Agro yang didirikan di lahan seluas 50 hektare tersebut nanti tidak hanya menjadi pusat perdagangan, hunian, serta logistik hasil bumi. Namun, pasar itu juga akan menjadi tempat pelatihan dan pendidikan bagi petani, generasi muda, maupun masyarakat umum.
Selain empat menteri, hadir beberapa wakil negara sahabat, pengurus Kadin dari berbagai daerah di Indonesia, serta wakil pemprov dari 23 provinsi di Indonesia. Tampak pula mantan Gubernur Jatim Imam Utomo yang mencetuskan ide pasar induk Puspa Agro pada 2002 silam.
Menko Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menunjukkan apresiasinya kepada Jatim yang memiliki indikator makro ekonomi di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Dia mengungkapkan, adanya pasar induk itu makin mendongkrak potensi perekonomian Jatim pada masa depan, terutama di bidang pertanian.
''Kami mendukung pasar induk modern ini karena sesuai potensi alam dan sumber daya manusia di Jatim. Puspa Agro bisa meningkatkan perdagangan, baik antarprovinsi maupun antarnegara,'' paparnya.
Hatta berjanji segera membantu Pemprov Jatim untuk merealisasikan infrastruktur koneksivitas (akses) ke pasar agro yang diklaim terbesar kedua di Asia tersebut. Sebab, hingga kini, satu-satunya jalan masuk menuju Puspa Agro hanyalah Jalan Sawunggaling, Jemundo. Itu pun hanya dua jalur . Padahal, diperkirakan arus lalu lintas di jalan tersebut akan meningkat drastis begitu Puspa Agro beroperasi.
''Jadikan pasar induk modern Puspa Agro sebagai pasar percontohan bagi provinsi lain. Kembangkan jaringannya,'' pesan mantan menteri perhubungan itu.
Soft opening Puspa Agro dibuka dengan senam pagi pukul 06.00 yang diikuti sekitar lima ribu orang. Dilanjutkan dengan pencanangan gerakan makan telur dan minum susu. Pada puncak acara, diadakan aksi bakar ikan bandeng terpanjang yang memecahkan dua rekor Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia) sekaligus.
''Jatim patut berbangga karena di Puspa Agro dua rekor Muri terpecahkan sekaligus,'' ujar Manajer Muri Paulus Pangka.
Dua rekor itu adalah aksi bakar ikan bandeng sepanjang 5,2 kilometer dan panggangan ikan bakar sepanjang 5,5 kilometer. Untuk aksi tersebut, panitia menyiapkan 6,5 ton ikan; 6 ton arang; dan 2,5 ton minyak tanah.
Dua piagam Muri tersebut diserahkan kepada Ketua Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) Jawa Timur Nina Soekarwo dan Erlangga Satriagung, direktur utama PT Jatim Grha Utama, pengelola Pasar Induk Agrobis Puspa Agro.
Terkait dengan harga beberapa produk pertanian yang merangkak naik akhir-akhir ini, Hatta Rajasa menilai bahwa media massa, terutama televisi, terlalu membesar-besarkan. Kesannya, harga beberapa komoditas pertanian melambung tinggi. ''Kami memiliki tim yang kuat dalam hal pengendalian harga. Saat ini, bahan pokok Indonesia malah surplus hingga akhir tahun,'' tegasnya.
Soal harga cabai rawit yang naik tajam di pasar, pemerintah kembali menyalahkan waktu panen yang mundur karena perubahan iklim. Hal itu mengakibatkan stok barang langka.
Menurut Mendag Mari Elka Pangestu, pokok permasalahan perdagangan komoditas adalah masalah koneksivitas dari satu kota ke kota lain, provinsi satu ke yang lain, bahkan antarpulau. Hal tersebut menimbulkan disparitas harga yang berbeda jauh.
''Karena itu, di bawah kendali Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, kami akan membentuk tim kecil logistik nasional. Mungkin dalam jangka satu hingga dua bulan ke depan tim tersebut kami bentuk,'' jelasnya.@Jawapos.co.id
No comments:
Post a Comment