Sebuah studi baru yang dipublikasikan jurnal Biological Psychiatry menemukan bahwa kebiasaan menghisap rokok dapat mengurangi ketebalan otak manusia.
Peneliti membandingkan ketebalan korteks pada sukarelawan, baik perokok dan yang tidak pernah merokok, yang tidak memiliki penyakit medis atau kejiwaan, dikutip dari Times Of India. Korteks adalah area pada otak yang bertanggung jawab untuk banyak fungsi penting, termasuk bahasa, pengolahan informasi, dan memori.
Hasilnya mencengangkan. Korteks orang yang merokok menipis pada bagian kiri tengah orbitofrontal. Orang yang makin sering merokok, menurut penelitian, penipisan jaringan kortikal akan semakin nampak jelas.
Temuan ini menunjukkan, dengan menipisnya korteks, maka risiko untuk menjadi seorang pecandu narkoba meningkat, bahkan dia akan semakin menjadi perokok berat.
"Karena terjadi penipisan, ini akan terkait dengan kontrol impuls, pengolahan penghargaan dan pengambilan keputusan. Kondisi ini mungkin menjelaskan bagaimana seseorang dapat menjadi pecandu nikotin," kata Simone Kuhn, salah satu peneliti.
Kuhn menambahkan, "Dalam studi lanjutan, kami berencana untuk mengeksplorasi efek rehabilitatif dari berhenti merokok terhadap otak."
"Temuan saat ini menunjukkan bahwa merokok mungkin memiliki efek kumulatif pada otak," kata John Krystal MD, Editor Biological Psychiatry di Yale University, yang mengungkapkan temuan ini juga menyoroti pentingnya penargetan agar perokok muda menghentikan kebiasaan merokok.
Peneliti membandingkan ketebalan korteks pada sukarelawan, baik perokok dan yang tidak pernah merokok, yang tidak memiliki penyakit medis atau kejiwaan, dikutip dari Times Of India. Korteks adalah area pada otak yang bertanggung jawab untuk banyak fungsi penting, termasuk bahasa, pengolahan informasi, dan memori.
Hasilnya mencengangkan. Korteks orang yang merokok menipis pada bagian kiri tengah orbitofrontal. Orang yang makin sering merokok, menurut penelitian, penipisan jaringan kortikal akan semakin nampak jelas.
Temuan ini menunjukkan, dengan menipisnya korteks, maka risiko untuk menjadi seorang pecandu narkoba meningkat, bahkan dia akan semakin menjadi perokok berat.
"Karena terjadi penipisan, ini akan terkait dengan kontrol impuls, pengolahan penghargaan dan pengambilan keputusan. Kondisi ini mungkin menjelaskan bagaimana seseorang dapat menjadi pecandu nikotin," kata Simone Kuhn, salah satu peneliti.
Kuhn menambahkan, "Dalam studi lanjutan, kami berencana untuk mengeksplorasi efek rehabilitatif dari berhenti merokok terhadap otak."
"Temuan saat ini menunjukkan bahwa merokok mungkin memiliki efek kumulatif pada otak," kata John Krystal MD, Editor Biological Psychiatry di Yale University, yang mengungkapkan temuan ini juga menyoroti pentingnya penargetan agar perokok muda menghentikan kebiasaan merokok.
No comments:
Post a Comment