“…إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ…”
“Indeed, Allah will not change the condition of a people until they change what is in themselves.”
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d : 11)
Diatas adalah sepenggal ayat-Nya yang selama ini membuatku percaya bahwa hidup adalah mempunyai masa-masa tersendiri yang setiap keputusan tentangnya adalah kita sendiri yang menentukannya.
senja yang kepadanya
senja yang kepadanya kuceritakan tentang kehidupan
Berbicara tentang kehidupan, adalah suatu pembicaraan yang tak akan ada habisnya. Baik itu dalam bagaimana menjalaninya, bagaimana hidup itu seharusnya, bagaimana hidup itu akan membawa kita kepada kehidupan yang sebenarnya.
Sungguh, hidup adalah untuk dijalani, seberat apapun itu.
Dalam hidup, pasti akan ada masa dimana seseorang itu harus jatuh sedalam-dalamnya dalam jurang masalah kehidupan, hingga sebersit sinar matahari harapan pun tak bersinar dalam dalamnya jurang masalah yang gelap seperti tak berkesudahan. Akan ada pula masa dimana hidup terasa sangat sempurna sehingga dalam setiap embusan nafas yang terembus mengembuskan udara yang menyejukkan jiwa, setiap langkah teramat ringan, setiap senyum yang tersungging begitu berarti, dan setiap hari menunjukkan keindahannya tersendiri yang tersaji tepat pada setiap terbitnya matahari. Dan juga ada pula masa dimana kehidupan berjalan biasa-biasa saja, tak ada kejut rasa yang mengejutkan dalam kesehariannya, setiap hari adalah datar-datar saja sehingga merasakan rindu yang sangat akan suatu permasalahan hidup dengan segala kepahitannya.
Sesungguhnya, hidup adalah bukan untuk dijalani, namun dihadapi. Lantas apa beda pada keduanya? Bukankah sama makna? Tentu beda, dalam kita menjalani kehidupan berarti kita menjalani apa yang ada dihadapan kita sekarang tanpa memikirkan konsekuensi dari apa yang kita lakukan. Hidup layaknya air yang mengalir megikuti arus tanpa tau apa saja yang akan kita temui pada hilir dan cabang-cabang sungai yang tertemui, walaupun telah mengetahui bahwa nantinya akan tetap mengalir pada satu muara.
Menghadapi kehidupan, bermakna bahwa kehidupan yang terjalani dalam hidup adalah sebuah keputusan yang pasti ada konsekuensi nyata yang harus terhadapi bagaimana pun konsekuensi membawanya pada suatu kehidupan yang beragam. Seperti layaknya kita menanam sebuah biji di taman, yang pasti kita akan memetik buanya hingga menjadi biji lagi pada suatu saat yang entah, namun sebelum kita mendapatkan sebuah biji hendaknya kita harus memelihara proses tumbuh biji sehingga menjadi tanaman yang subur yang nantinya akan menjadi sebuah biji lagi. Mengikuti setiap perkembangan tumbuhnya, menanamnya pada tanah yang subur, menyiramnya dengan telaten, menjaganya agar pas dalam mendapat sinar matahari, segalanya sehingga dalam proses kehidupan, tanaman bakal biji baru lagi akan tumbuh dengan keadaan yang terbaik.
Seperti itulah analogi sederhana dalam kehidupan. Al-qur’an, sebagai pedoman hidup kita telah menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya kita menghadapi kehidupan kita. Seperti ayat
مَّنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا …
“Whoever is guided is only guided for [the benefit of] his soul. And whoever errs only errs against it. …”
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan)
dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. … “(Al Israa’ : 15)
Adapun Hadist yang menjelaskan tentang bagaimana hidup seharusnya terjalani, sebagai berikut.
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang berbahagia, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang berbahagia. Dan barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang sengsara, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang sengsara. Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: Beramallah! Karena setiap orang akan dipermudah! Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang berbahagia, maka mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang bahagia. Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang sengsara, maka mereka juga akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang sengsara. (HR. Shahih Muslim)
Jadi, hadapi hidup dengan semangat dan senyum yang nyata dalam setiap harinya. Hidup adalah bukan untuk dijalani namun dihadapi. apapun keputusan yang kita ambil, itulah yang akan menajdi hidup kita dan haruslah kita menghadapinya bagaimanapun kerasnya hidup akan membawa.
Live your life whatever it will be extraordinary and full of happiness, or even it will be so hard It might be. – Tutut Indah Widyawati
“Indeed, Allah will not change the condition of a people until they change what is in themselves.”
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d : 11)
Diatas adalah sepenggal ayat-Nya yang selama ini membuatku percaya bahwa hidup adalah mempunyai masa-masa tersendiri yang setiap keputusan tentangnya adalah kita sendiri yang menentukannya.
senja yang kepadanya
senja yang kepadanya kuceritakan tentang kehidupan
Berbicara tentang kehidupan, adalah suatu pembicaraan yang tak akan ada habisnya. Baik itu dalam bagaimana menjalaninya, bagaimana hidup itu seharusnya, bagaimana hidup itu akan membawa kita kepada kehidupan yang sebenarnya.
Sungguh, hidup adalah untuk dijalani, seberat apapun itu.
Dalam hidup, pasti akan ada masa dimana seseorang itu harus jatuh sedalam-dalamnya dalam jurang masalah kehidupan, hingga sebersit sinar matahari harapan pun tak bersinar dalam dalamnya jurang masalah yang gelap seperti tak berkesudahan. Akan ada pula masa dimana hidup terasa sangat sempurna sehingga dalam setiap embusan nafas yang terembus mengembuskan udara yang menyejukkan jiwa, setiap langkah teramat ringan, setiap senyum yang tersungging begitu berarti, dan setiap hari menunjukkan keindahannya tersendiri yang tersaji tepat pada setiap terbitnya matahari. Dan juga ada pula masa dimana kehidupan berjalan biasa-biasa saja, tak ada kejut rasa yang mengejutkan dalam kesehariannya, setiap hari adalah datar-datar saja sehingga merasakan rindu yang sangat akan suatu permasalahan hidup dengan segala kepahitannya.
Sesungguhnya, hidup adalah bukan untuk dijalani, namun dihadapi. Lantas apa beda pada keduanya? Bukankah sama makna? Tentu beda, dalam kita menjalani kehidupan berarti kita menjalani apa yang ada dihadapan kita sekarang tanpa memikirkan konsekuensi dari apa yang kita lakukan. Hidup layaknya air yang mengalir megikuti arus tanpa tau apa saja yang akan kita temui pada hilir dan cabang-cabang sungai yang tertemui, walaupun telah mengetahui bahwa nantinya akan tetap mengalir pada satu muara.
Menghadapi kehidupan, bermakna bahwa kehidupan yang terjalani dalam hidup adalah sebuah keputusan yang pasti ada konsekuensi nyata yang harus terhadapi bagaimana pun konsekuensi membawanya pada suatu kehidupan yang beragam. Seperti layaknya kita menanam sebuah biji di taman, yang pasti kita akan memetik buanya hingga menjadi biji lagi pada suatu saat yang entah, namun sebelum kita mendapatkan sebuah biji hendaknya kita harus memelihara proses tumbuh biji sehingga menjadi tanaman yang subur yang nantinya akan menjadi sebuah biji lagi. Mengikuti setiap perkembangan tumbuhnya, menanamnya pada tanah yang subur, menyiramnya dengan telaten, menjaganya agar pas dalam mendapat sinar matahari, segalanya sehingga dalam proses kehidupan, tanaman bakal biji baru lagi akan tumbuh dengan keadaan yang terbaik.
Seperti itulah analogi sederhana dalam kehidupan. Al-qur’an, sebagai pedoman hidup kita telah menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya kita menghadapi kehidupan kita. Seperti ayat
مَّنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا …
“Whoever is guided is only guided for [the benefit of] his soul. And whoever errs only errs against it. …”
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan)
dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. … “(Al Israa’ : 15)
Adapun Hadist yang menjelaskan tentang bagaimana hidup seharusnya terjalani, sebagai berikut.
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang berbahagia, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang berbahagia. Dan barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang sengsara, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang sengsara. Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: Beramallah! Karena setiap orang akan dipermudah! Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang berbahagia, maka mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang bahagia. Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang sengsara, maka mereka juga akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang sengsara. (HR. Shahih Muslim)
Jadi, hadapi hidup dengan semangat dan senyum yang nyata dalam setiap harinya. Hidup adalah bukan untuk dijalani namun dihadapi. apapun keputusan yang kita ambil, itulah yang akan menajdi hidup kita dan haruslah kita menghadapinya bagaimanapun kerasnya hidup akan membawa.
Live your life whatever it will be extraordinary and full of happiness, or even it will be so hard It might be. – Tutut Indah Widyawati
No comments:
Post a Comment