Indonesia akan punya satu lagi kompetisi sepak bola profesional dengan dimulainya Liga Primer Indonesia pada pertengahan Oktober. Kompetisi ini bakal menjadi pesaing Liga Super Indonesia, kompetisi sepak bola profesional yang sudah berjalan tiga tahun, karena sebagian besar pesertanya adalah klub yang sama namun dengan pengelolaan sistem yang berbeda.
Sebanyak 20 perwakilan klub, sebagian besar adalah anggota Liga Super, hadir dalam pertemuan tentang pengenalan format kompetisi Liga Primer di rumah pengusaha Arifin Panigoro, Jumat (17/9). Arifin adalah orang yang dikabarkan siap menjadi pendukung penyelenggaraan Liga Primer tersebut dan akan membentuk konsorsium untuk pengelolaan manajemen bisnis kompetisi.
Perwakilan klub Liga Super yang hadir dalam pertemuan itu antara lain Persija Jakarta, Persijap Jepara, Arema Indonesia, Persema Malang, PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, dan Persisam Samarinda. Ada pun sisanya adalah klub-klub anggota Divisi Utama antara lain Persebaya Surabaya, Persitara Jakarta Utara, PSIS Semarang, Mitra Kukar, dan Persibo Bojonegoro. Ada juga perwakilan klub yang tidak hadir tapi sudah menyatakan komitmennya untuk bergabung bersama kompetisi ini yaitu Sriwijaya FC Palembang, Persib Bandung, Persis Solo, dan Persita Tangerang.
Arya Abhiseka, seorang penggagas Liga Primer, menyatakan penyelenggaraan kompetisi ini tidak melanggar aturan dalam statuta Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia maupun Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional. "Klub yang ikut Liga Primer jelas masih jadi anggota PSSI. Format kompetisi Liga Primer tidak jauh berbeda dengan Liga Super. Tidak ada perubahan drastis karena ini masih masa transisi, supaya semua berjalan lancar," katanya.
Klub-klub yang ikut Liga Primer dilarang menggunakan dana anggaran pendapatan dan belanja daerah seperti yang kerap dilakukan dalam Liga Super. Sebagai pengganti, setiap klub akan diberikan dana yang jumlahnya mencapai Rp 20 miliar untuk operasional tim.
"Itu bukan dana yang yang diberikan terus-menerus. Kami ingin kompetisi ini profesional dan klub akan diarahkan agar mandiri," kata Arya. "Dalam tiga atau empat tahun ke depan, klub sudah bisa mendapat keuntungan finansial dengan pengelolaan klub yang bagus."
Namun ide penyelenggaraan Liga Primer ini ditentang oleh PT Liga Indonesia sebagai pengelola Liga Super. "Saya dapat kabar bahwa Liga Primer itu akan tetap berjalan. Saya sudah keluarkan surat edaran agar 18 klub peserta Liga Super patuh pada aturan dari PSSI bahwa kompetisi yang sah adalah Liga Super yang dioperasikan oleh Badan Liga Indonesia," kata Presiden Direktur PT Liga Indonesia Andi Darussallam Tabusalla.
Andi mengatakan jika benar ada pihak yang mampu memberikan subsidi hingga Rp 20 miliar per klub maka ia siap meletakkan jabatannya. "Jika benar Arifin (Panigoro) masuk ke Liga Primer dan ada kepastian dana itu, saya siap mundur dan mendukung dia untuk mengelola Liga serta memberikan rekomendasi kepada PSSI."@Tempointeraktif
Sebanyak 20 perwakilan klub, sebagian besar adalah anggota Liga Super, hadir dalam pertemuan tentang pengenalan format kompetisi Liga Primer di rumah pengusaha Arifin Panigoro, Jumat (17/9). Arifin adalah orang yang dikabarkan siap menjadi pendukung penyelenggaraan Liga Primer tersebut dan akan membentuk konsorsium untuk pengelolaan manajemen bisnis kompetisi.
Perwakilan klub Liga Super yang hadir dalam pertemuan itu antara lain Persija Jakarta, Persijap Jepara, Arema Indonesia, Persema Malang, PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, dan Persisam Samarinda. Ada pun sisanya adalah klub-klub anggota Divisi Utama antara lain Persebaya Surabaya, Persitara Jakarta Utara, PSIS Semarang, Mitra Kukar, dan Persibo Bojonegoro. Ada juga perwakilan klub yang tidak hadir tapi sudah menyatakan komitmennya untuk bergabung bersama kompetisi ini yaitu Sriwijaya FC Palembang, Persib Bandung, Persis Solo, dan Persita Tangerang.
Arya Abhiseka, seorang penggagas Liga Primer, menyatakan penyelenggaraan kompetisi ini tidak melanggar aturan dalam statuta Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia maupun Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional. "Klub yang ikut Liga Primer jelas masih jadi anggota PSSI. Format kompetisi Liga Primer tidak jauh berbeda dengan Liga Super. Tidak ada perubahan drastis karena ini masih masa transisi, supaya semua berjalan lancar," katanya.
Klub-klub yang ikut Liga Primer dilarang menggunakan dana anggaran pendapatan dan belanja daerah seperti yang kerap dilakukan dalam Liga Super. Sebagai pengganti, setiap klub akan diberikan dana yang jumlahnya mencapai Rp 20 miliar untuk operasional tim.
"Itu bukan dana yang yang diberikan terus-menerus. Kami ingin kompetisi ini profesional dan klub akan diarahkan agar mandiri," kata Arya. "Dalam tiga atau empat tahun ke depan, klub sudah bisa mendapat keuntungan finansial dengan pengelolaan klub yang bagus."
Namun ide penyelenggaraan Liga Primer ini ditentang oleh PT Liga Indonesia sebagai pengelola Liga Super. "Saya dapat kabar bahwa Liga Primer itu akan tetap berjalan. Saya sudah keluarkan surat edaran agar 18 klub peserta Liga Super patuh pada aturan dari PSSI bahwa kompetisi yang sah adalah Liga Super yang dioperasikan oleh Badan Liga Indonesia," kata Presiden Direktur PT Liga Indonesia Andi Darussallam Tabusalla.
Andi mengatakan jika benar ada pihak yang mampu memberikan subsidi hingga Rp 20 miliar per klub maka ia siap meletakkan jabatannya. "Jika benar Arifin (Panigoro) masuk ke Liga Primer dan ada kepastian dana itu, saya siap mundur dan mendukung dia untuk mengelola Liga serta memberikan rekomendasi kepada PSSI."@Tempointeraktif
No comments:
Post a Comment