Keluarga Arsep Pajaria, wartawan Sriwijaya Post (Sripo) yang ditemukan tewas tadi siang, curiga korban sudah tidak bisa dihubungi dalam tiga hari terakhir.
Karena itu, keponakan korban, Mahardhiko, mendatangi rumah Arsep bersama ketua RT setempat.
Mahardhiko terpaksa mendobrak pintu rumah korban agar berhasil masuk. Bau tidak sedap pun menyengat dari dalam kamar korban. Dia pun kembali mendobrak pintu kamar dan menemukan pamannya telah meninggal dunia dalam kondisi tubuh terlentang dan membusuk.
“Melihat kondisi kematian yang tidak wajar tersebut saya lalu menghubungi keluarga, Polsek Sukarami, dan rekannya di Sripo. Apalagi pintu rumahnya terkunci sedangkan setelah kami masuk tidak ditemukan satu pun kunci di dalam rumah,” jelas Mahardhiko, Jumat (17/9/2010).
Dia mengaku terakhir kali melakukan kontak dengan korban sekira dua hari sebelum Lebaran. Sehari sebelum Lebaran, korban sempat mudik ke rumah orangtuanya di Desa Pagar Gunung, Lubai Muara Enim dan kembali ke Palembang pada Senin, 13 September.
Ketua RT 29 Ruspandi mengakui dirinya mengetahui korban meninggal setelah keponakan korban curiga karena beberapa kali dipanggil dari luar rumahnnya tidak ada jawaban dan adanya bau tak sedap serta lalat di sekitar jendela rumahnya.
“Saya dan tetangga lainnya lalu diminta untuk mendampingi dan menyaksikan keponakannya mendobrak pintu rumah korban dan ketika pintu kamar juga di dobrak kita melihat kondisi korban telah meninggal dan menyebarkan bau menyengat,” katanya.
Redaktur Pelaksana Sripo L Wenny Ramdiastuti yang ditemui di tempat kejadian mengaku kaget dan terkejut serta sama sekali tidak menyangka rekan seprofesinya tersebut meninggal mendadak dalam kondisi mengenaskan seperti itu.
“Saya sama sekali tidak menyangka Arsep akan meninggal dalam kondisi seperti ini, karena sebelumnya saya tidak ada firasat apa pun dan dia (korban) juga tidak pernah mengeluh menderita penyakit tertentu sehingga menyebabkan dirinya meninggal mendadak seperti ini, paling juga cuma masuk angin biasa,” ungkap Wenny.
Dia menjelaskan bahwa korban saat ini memang tidak masuk kantor lantaran sedang cuti sejak 13 sampai 21 September. Pihaknya juga mengaku sangat kehilangan, apalagi korban merupakan salah satu wartawan terbaik Sripo.
“Kalau tidak salah dia memulai kariernya di Sripo sekitar tahun 2002 atau 2003, saat itu dia memulainya sebagai seorang typist, namun karena keuletannya dia lalu diberdayakan sebagai wartawan. Di redaksi sendiri dia dikenal sebagai seorang yang andal dalam melaksanakan setiap tugas peliputan dan mudah dekat dengan nara sumber,” kenangnya. @Okezone
Karena itu, keponakan korban, Mahardhiko, mendatangi rumah Arsep bersama ketua RT setempat.
Mahardhiko terpaksa mendobrak pintu rumah korban agar berhasil masuk. Bau tidak sedap pun menyengat dari dalam kamar korban. Dia pun kembali mendobrak pintu kamar dan menemukan pamannya telah meninggal dunia dalam kondisi tubuh terlentang dan membusuk.
“Melihat kondisi kematian yang tidak wajar tersebut saya lalu menghubungi keluarga, Polsek Sukarami, dan rekannya di Sripo. Apalagi pintu rumahnya terkunci sedangkan setelah kami masuk tidak ditemukan satu pun kunci di dalam rumah,” jelas Mahardhiko, Jumat (17/9/2010).
Dia mengaku terakhir kali melakukan kontak dengan korban sekira dua hari sebelum Lebaran. Sehari sebelum Lebaran, korban sempat mudik ke rumah orangtuanya di Desa Pagar Gunung, Lubai Muara Enim dan kembali ke Palembang pada Senin, 13 September.
Ketua RT 29 Ruspandi mengakui dirinya mengetahui korban meninggal setelah keponakan korban curiga karena beberapa kali dipanggil dari luar rumahnnya tidak ada jawaban dan adanya bau tak sedap serta lalat di sekitar jendela rumahnya.
“Saya dan tetangga lainnya lalu diminta untuk mendampingi dan menyaksikan keponakannya mendobrak pintu rumah korban dan ketika pintu kamar juga di dobrak kita melihat kondisi korban telah meninggal dan menyebarkan bau menyengat,” katanya.
Redaktur Pelaksana Sripo L Wenny Ramdiastuti yang ditemui di tempat kejadian mengaku kaget dan terkejut serta sama sekali tidak menyangka rekan seprofesinya tersebut meninggal mendadak dalam kondisi mengenaskan seperti itu.
“Saya sama sekali tidak menyangka Arsep akan meninggal dalam kondisi seperti ini, karena sebelumnya saya tidak ada firasat apa pun dan dia (korban) juga tidak pernah mengeluh menderita penyakit tertentu sehingga menyebabkan dirinya meninggal mendadak seperti ini, paling juga cuma masuk angin biasa,” ungkap Wenny.
Dia menjelaskan bahwa korban saat ini memang tidak masuk kantor lantaran sedang cuti sejak 13 sampai 21 September. Pihaknya juga mengaku sangat kehilangan, apalagi korban merupakan salah satu wartawan terbaik Sripo.
“Kalau tidak salah dia memulai kariernya di Sripo sekitar tahun 2002 atau 2003, saat itu dia memulainya sebagai seorang typist, namun karena keuletannya dia lalu diberdayakan sebagai wartawan. Di redaksi sendiri dia dikenal sebagai seorang yang andal dalam melaksanakan setiap tugas peliputan dan mudah dekat dengan nara sumber,” kenangnya. @Okezone
No comments:
Post a Comment