Sebuah virus komputer canggih bernama Stuxnet telah menyerang 30 ribu penyedia layanan internet atau provider internet yang sasarannya adalah industri tenaga nuklir Iran. Demikian dikatakan pakar keamanan dunia maya, Ahad (26/9).
Virus ini diduga sengaja diciptakan oleh sebuah organisasi yang disponsori Israel dan Amerika Serikat. Serangan virus pada Sabtu silam ini memunculkan spekulasi bahwa Israel dan AS sengaja menyabotase fasilitas nuklir tersebut.
Menurut pejabat senior di perusahaan teknologi AS, Symantec, sekitar 60 persen dari komputer di seluruh dunia yang terinfeksi oleh virus Stuxnet berada di Iran. Serangan itu tidak mempengaruhi sistem di fasilitas. Tapi, virus itu berhasil menghantam komputer para staf di fasilitas dan penyedia layanan internet.
Reza Taqipour, Menteri Telekomunikasi Iran, mengatakan kepada Harian Iran Daily bahwa virus tersebut belum mampu menembus atau menyebabkan kerusakan serius pada sistem pemerintah. "Sudah ada tim yang ditugaskan untuk memeriksa beberapa komputer dan menghapus malware. Dan sistem utama belum rusak," kata Mahmoud Jafari, juru bicara kantor berita resmi IRNA.
Para diplomat dan pihak keamanan mengatakan, sabotase AS dan Israel ini sebagai salah satu cara menghalangi pekerjaan nuklir Iran, yang dikhawatirkan AS juga bertujuan untuk membangun senjata nuklir. Sementara itu, Pemerintah Teheran menegaskan mereka membutuhkan teknologi nuklir untuk membangkitkan tenaga listrik.@Liputan6
Virus ini diduga sengaja diciptakan oleh sebuah organisasi yang disponsori Israel dan Amerika Serikat. Serangan virus pada Sabtu silam ini memunculkan spekulasi bahwa Israel dan AS sengaja menyabotase fasilitas nuklir tersebut.
Menurut pejabat senior di perusahaan teknologi AS, Symantec, sekitar 60 persen dari komputer di seluruh dunia yang terinfeksi oleh virus Stuxnet berada di Iran. Serangan itu tidak mempengaruhi sistem di fasilitas. Tapi, virus itu berhasil menghantam komputer para staf di fasilitas dan penyedia layanan internet.
Reza Taqipour, Menteri Telekomunikasi Iran, mengatakan kepada Harian Iran Daily bahwa virus tersebut belum mampu menembus atau menyebabkan kerusakan serius pada sistem pemerintah. "Sudah ada tim yang ditugaskan untuk memeriksa beberapa komputer dan menghapus malware. Dan sistem utama belum rusak," kata Mahmoud Jafari, juru bicara kantor berita resmi IRNA.
Para diplomat dan pihak keamanan mengatakan, sabotase AS dan Israel ini sebagai salah satu cara menghalangi pekerjaan nuklir Iran, yang dikhawatirkan AS juga bertujuan untuk membangun senjata nuklir. Sementara itu, Pemerintah Teheran menegaskan mereka membutuhkan teknologi nuklir untuk membangkitkan tenaga listrik.@Liputan6
No comments:
Post a Comment