Ada peristiwa aneh yang terjadi beberapa saat setelah Saefudin (48), sopir Kopaja 608 (Tanah Abang-Blok M), tewas menjadi korban bentrok dua kelompok massa di Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, Rabu (29/9/2010). Salah satu tetangga korban tiba-tiba kesurupan dan mengaku dirasuki arwah Saefudin.
Peristiwa tersebut terjadi setelah maghrib, begitu keluarga mendengar kabar meninggalnya Saefudin. Setelah tahu bahwa Saefudin tewas dalam kerusuhan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), keluarga, terutama istri Saefudin, Nur Hasanah (38), seketika histeris mendapati kabar tersebut.
Tak berapa lama, Eva (17), anak kedua Saefudin, mengaku tiba-tiba dipanggil tetangganya untuk datang ke rumah Teh Engkus, tetangga yang tak jauh dari rumah Saefudin. "Sekitar jam 8 dipanggil pas beli bubur, katanya Teh Engkus (tetangga) kesurupan di rumahnya," ujar Eva, Kamis (30/9/2010) di Tangerang, Banten.
Eva bersama ibu dan adik-adiknya langsung menuju ke rumah Engkus. Rupanya, Engkus disebut-sebut kesurupan dan dirasuki arwah sang ayah. "Percaya enggak percaya. Teh Engkus ngomong kalau ini bapak, ini ayah, ke kami," ujarnya kepada Kompas.com.
Dalam dialognya, Teh Engkus merintih kesakitan. "Dia teriak, sakit Nur, sakit Nur, sambil pegang punggungnya. Nur itu panggilan ayah ke ibu," ungkap anak kedua Saefudin tersebut. Selain itu, Saefudin berpesan agar anak-anaknya bisa menjaga ibu mereka dan rajin sekolah. "Ayah pesan, jaga ibu, jangan nakal, dan sekolah rajin sampai selesai," ucap siswi kelas III SMA Muhammadiyah 3 ini.
Seusai kejadian tersebut, sang ibu kembali menangis histeris. Sementara Eva langsung jatuh pingsan melihat peristiwa aneh tapi nyata tersebut.
Saefudin, sopir Kopaja yang tewas dalam bentrok dua kelompok massa di Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, meninggalkan satu orang istri, Nur Hasanah (38); tiga anak perempuan yakni Hikmah (19), Eva (17), Norma (15); dan seorang cucu, Nazla (1 tahun 3 bulan). Mereka tinggal di rumah kontrakan milik mertua Saefudin yang berukuran sekitar 3 x 5 meter.@Kompas.com
Peristiwa tersebut terjadi setelah maghrib, begitu keluarga mendengar kabar meninggalnya Saefudin. Setelah tahu bahwa Saefudin tewas dalam kerusuhan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), keluarga, terutama istri Saefudin, Nur Hasanah (38), seketika histeris mendapati kabar tersebut.
Tak berapa lama, Eva (17), anak kedua Saefudin, mengaku tiba-tiba dipanggil tetangganya untuk datang ke rumah Teh Engkus, tetangga yang tak jauh dari rumah Saefudin. "Sekitar jam 8 dipanggil pas beli bubur, katanya Teh Engkus (tetangga) kesurupan di rumahnya," ujar Eva, Kamis (30/9/2010) di Tangerang, Banten.
Eva bersama ibu dan adik-adiknya langsung menuju ke rumah Engkus. Rupanya, Engkus disebut-sebut kesurupan dan dirasuki arwah sang ayah. "Percaya enggak percaya. Teh Engkus ngomong kalau ini bapak, ini ayah, ke kami," ujarnya kepada Kompas.com.
Dalam dialognya, Teh Engkus merintih kesakitan. "Dia teriak, sakit Nur, sakit Nur, sambil pegang punggungnya. Nur itu panggilan ayah ke ibu," ungkap anak kedua Saefudin tersebut. Selain itu, Saefudin berpesan agar anak-anaknya bisa menjaga ibu mereka dan rajin sekolah. "Ayah pesan, jaga ibu, jangan nakal, dan sekolah rajin sampai selesai," ucap siswi kelas III SMA Muhammadiyah 3 ini.
Seusai kejadian tersebut, sang ibu kembali menangis histeris. Sementara Eva langsung jatuh pingsan melihat peristiwa aneh tapi nyata tersebut.
Saefudin, sopir Kopaja yang tewas dalam bentrok dua kelompok massa di Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, meninggalkan satu orang istri, Nur Hasanah (38); tiga anak perempuan yakni Hikmah (19), Eva (17), Norma (15); dan seorang cucu, Nazla (1 tahun 3 bulan). Mereka tinggal di rumah kontrakan milik mertua Saefudin yang berukuran sekitar 3 x 5 meter.@Kompas.com
No comments:
Post a Comment