Thursday, March 13, 2014

Pelajaran dari Hilangnya MH370, Kikis Ketergantungan pada Kotak Hitam



KOMPAS.com - "iPhone yang Anda miliki lebih berdaya daripada komputer yang mengumpulkan bukti di kokpit. Sedikit perubahan bisa membantu menjawab lebih cepat mengapa sebuah kecelakaan pesawat terjadi"


Itulah lead tulisan Stephen Trimble, pengamat penerbangan dan editor Flightglobal.com, yang diterbitkan the situs web The Guardian, Minggu (9/3/2014), sehari setelah hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 pada Sabtu (8/3/2014) dini hari.

Belajar dari kecelakaan pesawat Air France 447 pada tahun 2009, butuh hampir dua tahun untuk menemukan kotak hitam pesawat yang terlempar ke dasar laut pada kedalaman 4,7 km. Setelah kotak hitam ditemukan, masih butuh kira-kira setahun untuk menganalisis data.

Proses untuk menemukan kotak hitam itu bukan hanya membuat penasaran dan menyengsarakan, tetapi juga menelan biaya besar. Pencarian kotak hitam Air France menelan dana hingga puluhan juta dollar AS!

Sementara kotak hitam belum ditemukan, berbagai spekulasi bisa muncul. Dalam sejarah kecelakaan pesawat, spekulasi bisa mulai kesalahan pilot, masalah teknis, hingga penculikan oleh alien. Pada kasus MH370, spekulasinya mulai masalah teknis, terorisme hingga pilot bunuh diri.

Dalam tulisannya, Trimble mengajak untuk memilikirkan kembali penggunaan teknologi tambahan selain kotak hitam guna membantu menguak sebab kecelakaan pesawat. Teknologi tambahan itu adalah penggunaan sistem satelit.

Trimble mengatakan, "Misteri yang tak kunjung terjawab dari hilangnya Malaysia Airlines MH370 ialah kesalahan dari masyarakat terkoneksi kita yang aneh. Bahkan mobil punya koneksi broadband, tapi jet, teknologi transportasi paling maju, masih eksis di era radio."

Pengendali lalu lintas udara saat ini harus berkomunikasi dengan pesawat lewat suara. Tidak ada jaringan data di kabin yang memungkinkan setiap pesawat mengirimkan data yang dikoleksi dan disimpan ke darat.

Akibatnya, ketika sebuah pesawat hilang, mengalami kecelakaan parah hingga puing dan kotak hitamnya sulit ditemukan, sebabnya sulit untuk diketahui. Ujungnya, selama berhari-hari bahkan bertahun-tahun, yang ada hanya spekulasi.

Hilangnya MH370, kata Trimble, harus menjadi momen untuk berpikir lagi tentang teknologi yang membantu keselamatan penerbangan. Teknologi itu sudah ada, tinggal niat untuk mengaplikasikannya, walaupun akan menambah biaya.

"Terus terang, ini tidak mudah. Relatif sederhana dan murah bagi kotak hitam untuk menyimpan ber-megabit data penerbangan yang berharga tiap detiknya. Jauh lebih sulit dan mahal untuk mengirimkan data terus menerus dengan satelit atau radio," ungkap Trimble.

Namun, seikit data yang bisa ditransmisikan saja, itu sudah akan membantu. "Bisa secara langsung menginstal prosesor yang terhubung dengan kotak hitam, yang bisa memilih sejumlah data yang paling relevan," katanya.

Trimble mengungkapkan, paten milik Boeing saat ini mendeskripsikan sistem tersebut. Pada sistem itu, data yang bisa dikirim antara lain lokasi pesawat. Data bisa direkam secara otomatis oleh sistem ataupun oleh pilot.

Ada biaya memang. Namun, Trimble mengungkapkan bahwa dengan teknologi itu, melibatkan banyak negara untuk mencari puing pesawat tak akan lagi diperlukan. Data penting yang dikoleksi dan dikirimkan secara langsung bisa memberi petunjuk sebab terjadinya kecelakaan.

Bila teknologi itu digunakan, penerbangan komersial akan memasuki era informasi. Dan dengan begitu, upaya menguak apa yang terjadi pada sebuah penerbangan takkan serumit mencari pesawat Amelia Earhart yang sudah puluhan tahun hilang tetapi belum juga ditemukan. 


No comments:

Post a Comment