Wednesday, March 5, 2014

Proses Mencari kebenaran

Kebenaran (bana) adalah sesuatu yang kita cari dan kita dambakan dalam hidup. Dalam proses mencari kebenaran banyak hambatan dan rintangan yang kita temui dalam perjalanan hidup, agar perjalanan hidup tidak tersesat atau salah arah, sehingga kita dapat dengan selamat mencapai tujuan, cita-cita yang ingin kita capai dalam hidup yaitu bana (kebenaran). Adat sebagai pedoman dan pegangan hidup memberikan pedoman / pegangan dalam proses mencari kebenaran. Proses mencari kebenaran ini, biasa juga disebut dengan metode berfikir Minangkabau. Adapun proses / metode berfikir Minangkabau tersebut adalah pikia palito hati, nanang hulu bicaro, aniang saribu aka, dek saba bana mandatang.

1. Pikia Palito Hati

Manusia hidup pada hakikatnya adalah mencari kebenaran, agar kehidupannya bisa selamat sampai ketujuan yang dicita-citakan. Dalam rangka mencari kebenaran tersebut manusia harus mempergunakan pikirannya sebagai alat (instrument) yang diberikan Allah. Sebelum mengerjakan suatu pekerjaan harus dipikirkan terlebih dahulu segala sesuatu dengan matang tentang baik buruknya,suatu perbuatan kalau tidak akan berakhir dengan kesia-siaan. Dengan kata lain ia tidak akan selamat sampai ketujuannya, bahkan bisa makin jauh tersesaat dari tujuan yang ingin dicapai dalam hidup, kalau segala sesuatu tidak dipikirnya matang-matang. Demikian besarnya fungsi pikirkan bagi manusia, sehingga manusia tersebut disebut juga makhluk berfikir yang membedakannya dengan binatang atau hewan.
Pikiran itu merupakan palito (pelita, penerang) hati yang akan menuntun seseorang untuk menemukan kebenaran dalam hidup. Itulah arti dari kata adat “pikia palito hati”.

2. Nanang Hulu Bicaro

Setelah segala sesuatu dipikirkan dengan sebaik-baiknya (secara matang) dengan mempertimbangkan (merenungkan) segala baik dan buruk serta mudarat dan manfaatnya sebelum dikomunikasikan harus direnungkan terlebih dahulu sehingga kebenaran yang akan kita sampaikan dapat diterima orang. Proses tersebut disebut dalam adat, “Nanang Hulu bicaro". Tentang hal ini adat menyatakan :

Mangango mangko mangecek
Maju salangkah madok suruik
Bakato sapatah dipikiri
Mulutmu harimaumu
Kok pandai bakato-kato
Ibarat santan jo tangguli
Kok tak pandai bakato-kato
Bak alu pancukia duri.

3. Aniang Saribu Aka

Setelah sesuatu masalah dipikirkan dan direnungkan tentu baik dan buruknya, mudarat dan manfaatnya baru kemudian dikomunikasikan, dibicarakan. Jangan terburu nafsu dan emosional dan mengambil keputusan sesuatu tetapi sampaikan kebenaran tersebut dengan cara dan taktik serta strategi yang benar (saribu aka), sehingga kebenaran itu dapat diterima oleh semua orang. Proses ini di sebut dengan “aniang saribu aka”.

4. Dek Saba Bana Mandatang

Suatu kebenaran yang kita cari jika telah melalui tahap-tahap diatas, menurut ketentuan adat akan menemukan kebenaran yang dapat diterima dengan baik oleh orang banyak. Karena kebenaran tersebut telah dipikirkan dan dipertimbangkan secara matang serta dipikirkan dengan pikiran dan hati yang tenang, tanpa didorong oleh nafsu dan emosional (sabar). Akhirnya dengan proses dan usaha yang maximal serta diiringi dengan kesabaran kesabaran maka, kebenaran yang kita cari akan kita capai atau datang dengan sendirinya. Jadi keempat tahapan ini adalah merupakan suatu proses yang berkaitan satu sama lain sebagai satu kesatuan dalam mencari kebenaran menurut adat Minangkabau .

No comments:

Post a Comment