Sunday, May 29, 2011

Dian Sastrowardoyo Happy Menanti Sang Baby

Dian Sastrowardoyo (Foto: Eng Naftali)
Setelah resmi menyandang gelar sebagai Nyonya Indraguna Sutowo, kini Dian Sastrowardoyo lebih aktif dalam kegiatan sosial. Kondisinya yang tengah hamil pun, tak membuat Dian terlihat tak gesit dalam menjalani aktivitasnya yang padat. Sebuah yayasan yang dibangunnya bersama teman-temannya, kini jadi tempat ia berkegiatan.
Apa latar belakang membangun Yayasan Dian Sastrowardoyo?
Yayasan ini berdiri sejak Desember 2009. Penggagasnya saya dan teman-teman (termasuk ibundanya, Dewi Parwati Setyorini, Red ). Kami ingin memberi kembali suatu sumbangsih ke masyarakat. Kami, selama ini termasuk beruntung dalam hal pekerjaan. Lumayan sukses lah, banyak network -nya. Maksudnya, bisa berhubungan dengan orang dan perusahaan yang ingin memberikan bantuan ke masyarakat tertinggal.
Concern  kami, pertama, ke kaum perempuan yang sering tak selalu diuntungkan. Seperti perempuan di pedalaman yang miskin dan tertinggal pendidikannya. Saya sendiri sejak kecil interest  melihat janda-janda yang berjuang menghadapi kerasnya hidup. Kedua, ke pendidikan, sebagai modal utama kemajuan bangsa, dan ketiga, pada kemajuan seni dan budaya.
Sejauh ini, program yayasan ada pada kegiatan membagikan buku-buku ke pelosok daerah, membantu perbaikan sekolah, serta mengadakan konser untuk penggalangan dana.
Kenapa nama yayasan pakai nama sendiri?
(Dian melirik ke Wisnu Darmawan, manajer juga penggagas yayasan. “Sebetulnya kami juga tak nyaman dengan nama itu, tapi jujur saja (nama) itu memudahkan kami untuk berhubungan dengan pihak ketiga. Jika dibilang ‘menjual’ nama Dian, menurut kami ini untuk tujuan kebaikan. Kalau enggak, kami akan berbusa-busa menerangkan ke pihak ketiga,” jawab Wisnu).
Ha ha ha… Saya juga agak enggak nyaman nama Dian Sastrowardoyo dijadikan nama yayasan. Terlalu besar lah. siapa, sih, saya? Kan, cuma gini doang . Mungkin kalau ada nama saya, orang lain akan berpikir, ‘Oh, mungkin ini yayasan yang bergerak di bidang seni dan film’. Ya, ini biar lebih gampang saja.
Apa saja tugas dan jabatan di yayasan?
Saya pembina. Sebetulnya tim kami kecil, sering dibantu pihak lain atau Corporate Social Rerponsibility (CSR) dari perusahaan. Sebelum ada yayasan, kegiatan kami lebih sporadis di lingkungan yang lebih kecil. Pokoknya, ritme dan dinamika kerja kami sudah enak. Akhirnya kami bawa ke yang lebih positif, buat masyarakat.
Berarti kesibukan saat ini lebih tersita di yayasan?
Ya. Sebetulnya banyak program yang ingin dikerjakan melalui yayasan ini. Profesi lainnya, saya bekerja di perusahaan SDM multinasional. Jadi, kayak gini nih (mengurus konser amal, Red .), saya cuti, kabur, nanti balik lagi ngantor . Kesibukan lain, mempromosikan beberapa brand image  iklan yang masih mengontrak saya.
Foto: Eng Naftali
Tawaran main film?
Saat ini saya mau memproyeksikan diri menggagas pembuatan film, bukan aktor yang menunggu tawaran peran. Beberapa waktu lalu kami berhasil menggagas film Drupadi , film yg mengangkat nilai-nilai perempuan dari zaman Mahabarata. Alhamdulillah, Drupadi  ikut beberapa festival film internasional. Itu pilot project  kami lah.
Enaknya bisa kayak begitu, saya tidak tergantung pada yang ngajak  dan kami diberi kebebasan membuat film. Alhamdulilah, kami sudah punya pengalaman, kenal network -nya, dan sudah punya knowledge  membuat film.
Ke depannya, yayasan punya program membuat film dokumenter, bukan film cerita karena film dokumenter bisa mengangkat beberapa topik yang lebih menarik dan aktual.
Punya niat terjun ke politik, jadi caleg, untuk memperjuangkan pendidikan, wanita, dan seni?
Saya enggak tertarik politik. Jika mau aktif, lebih enak yang independen seperti yayasan ini, di luar pemerintahan, dan bisa kerja lebih gesit. Membuat program dan acara dengan sesuatu yang tulus dan memang karena peduli, bukan karena ditugaskan. Itu akan sangat nikmat, terbebas dari interest  apa pun. Jika ada artis lain terjun ke politik, itu panggilan mereka. Saya tidak ada panggilan ke sana.
Di tengah kesibukan tadi, bagaimana tugas sebagai ibu rumahtangga?
Ha ha ha… Sejauh ini lancar-lancar saja. Suami bekerja, saya juga. Jadi, saya ngerasain  jadi ibu rumah tangga setelah pulang kerja. Saat weekend , saya mengurus suami dan rumah. Masih banyak belajar lah. Ada beberapa tugas saya demi menjaga keseimbangan rumah tangga yang belum terbiasa, seperti mengingat apakah rekening air sudah dibayar atau makanan apa yang dibutuhkan suami.
Tapi enggak ada yang heboh banget, sih. Pengetahuan berumahtangga secara umum sudah saya ketahui dari melihat kegiatan Mama dan Tante dulu.
Masih gesit, ya, meski sedang hamil?
Memang saya harus terus aktif dan produktif seperti biasa. Jika tidak gesit, nanti malah bosan dan kemampuan saya bisa menurun. Saya pun saat ini sedang happy  menunggu anggota keluarga yang baru.
Apa wejangan suami untuk kehamilan ini?
Biasa-biasa saja. Saya dan suami saling support  kegiatan masing-masing.
(“Kami sebagai teman juga bersyukur dan meminta Dian jangan capek-capek dan selalu jaga kondisi,” ucap Wisnu).
Ngidam apa? Sudah di-USG?
Belum ngidam . Saat ini usia kehamilan masih di tengah-tengah (5 bulan, Red .). Hasil USG, saya enggak mau memberi tahu. Ha ha ha…Maaf, ya, saya enggak mau ditanya soal kehamilan. Rahasia.
Foto: Moonstar Simanjutak
Peran Perempuan
Minggu (17/04) silam, Dian ditemani sang suami, Indraguna Sutowo, menjadi tuan rumah untuk sebuah hajatan besar. Lewat Yayasan Dian Sastrowardoyo, sebuah konser seni bertajuk Tentang Perempuan, sukses diselenggarakan. Konser yang juga menampilkan Tamara Bleszynski, Warna, dan Eka Deli, serta didukung para penari dan musisi, diadakan di Teater kecil, Taman Ismail Marzuki. Sepanjang acara, penonton disajikan penampilan musik dan tarian tentang perempuan, sambil diselingi narasi yang mengandung pesan berharga tentang kekuatan sosok seorang perempuan.
Selain sebagai bentuk ekspresi dan apresiasi kepada perempuan Indonesia, konser ini juga bertujuan menggalang dana untuk kemajuan pendidikan dasar dan pemberdayaan perempuan. Konser yang di sutradarai Arswendy Nasution ini mendaulat Tamara dan Dian sebagai narator, serta Ananda Sukarlan sebagai pianis. Tak kalah seru, penampilan dua penari bersaudara, Adella dan Aletta turut mempersembahkan tarian indah. Konser ini mencuatkan pentingnya peran perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai itu pula yang ingin dibagi Dian dan rekan-rekannya.
Ical, Eng, Moonstar 




sumber 

No comments:

Post a Comment