Tuesday, May 31, 2011

8 Mitos Anak Kembar

Jangan biarkan mitos tentang anak kembar menghantui orangtua dalam cara membesarkannya.
Rasa senang ketika tahu akan mendapatkan bayi kembar biasanya diiringi mitos-mitos menyesatkan dari sekitar. Jangan panik, justru ibu harus tenang dan mencari tahu sekaligus mengerti penjelasannya.
1. Mitos: Mana kakak, mana adik?
Fakta: Mitos lokal yang mengatakan, bayi kembar yang lahir (keluar dari rahim) lebih dulu adalah adiknya, bukan kakak. Alasannya, karena Si Kakak “membantu” adiknya untuk keluar. Padahal, dunia kedokteran sepakat menyatakan, bayi yang lahir lebih dulu (berdasarkan tanggal dan waktu) adalah kakak, berikutnya baru adik.
2. Mitos: Si Baik Vs Si Jahat.
Fakta:   Dalam mitologi lama, Si Kembar selalu digambarkan sebagai Si Baik dan Si Jahat atau pemimpin (biasanya yang lebih tua) dan pengikut. Katanya, ini terjadi karena salah satu dari mereka jenuh selalu dikait-kaitkan hingga ingin lebih unggul dari kembarannya, serta ingin mendapatkan perhatian lebih dari orangtua dan orang di sekitarnya.
Padahal, tidak pernah ada bukti ilmiah yang menunjukkan kalau kepribadian kembar sebagai bentuk jenis persaingan. Yang biasanya terjadi, anak kembar justru memiliki kepribadian dan talenta yang unik serta selalu ingin saling melengkapi. Misalnya, yang satu pintar di bidang akademik, yang lain lebih jago di olahraga.
3. Mitos: Anak kembar tidak boleh satu sekolah karena bisa mengganggu prestasinya.
Fakta: Ada beberapa sekolah yang menerapkan peraturan standar bahwa anak kembar tidak boleh ditempatkan di kelas yang sama. Alasannya, agar anak dapat mengembangkan identitas independen mereka dan tidak tergantung kembarannya. Malah, alasan lainnya lebih konyol, yaitu menjauhkan dari kemungkinan keduanya akan gagal jika berada di kelas atau sekolah yang sama.
Beberapa ahli justru menyarankan anak kembar untuk selalu bersama agar karakter, emosi, dan pertumbuhannya dapat berkembang lebih baik. Jika pemisahan dilakukan, malah dapat merusak pengalaman pendidikan mereka. Dari sisi psikologis, setiap anak kembar biasanya merasa nyaman berada di dekat kembarannya. Dan, ketika salah satu dari mereka menghadapi masalah (pelajaran atau pertemanan), tentunya mereka akan lebih mudah untuk saling mendukung.
Yang jelas, orangtua yang memiliki anak kembar, harus mempertimbangkan dan mengevaluasi pemilihan sekolah yang bisa memajukan kemampuan masing-masing anak, termasuk dinamika hubungan dan individu gaya belajar anak. Caranya, kenali kebutuhan dan kepribadian anak kembar Anda, juga hubungan mereka berdua. Selanjutnya, ajak mereka berdiskusi mengenai pilihan sekolahnya. Apakah ingin sekolah di tempat yang sama atau yang berbeda?
4. Mitos: Jika salah satu anak kembar sakit, saudara kembarnya pasti sakit juga.
Fakta: Inti dari mitos ini adalah anak kembar mempunyai kemampuan telepati. Contoh lainnya adalah jika yang satu tidak bisa menyelesaikan perkataannya, yang lainnya akan mampu membaca pikiran kembarannya dan menyelesaikan perkataannya.
Ini terjadi karena anak kembar memiliki “bahasa kode” yang tidak dimengerti orang luar selain mereka sendiri atau idioglossia . Kemampuan ini timbul karena kedekatan emosional mereka sudah dimulai sejak sembilan bulan berada di rahim yang sama, begitu lahir dan tumbuh pun mereka selalu bersama.
Akan tetapi, hal yang hampir serupa juga bisa terjadi pada suami-istri, saudara dekat, teman baik (yang memiliki kesamaan genetik ekstrim).
5. Mitos: Bayi kembar tidak bisa menerima ASI eksklusif, ibu harus memilih salah satu.
Fakta:  Menyusui bayi kembar memang penuh tantangan, tetapi bukan tidak mungkin dilakukan. Untuk kembar dua, jika memungkinkan, Anda bisa menyusuinya bersamaan. Namun kalau tidak memungkinkan atau anak kembarnya lebih dari dua, sebelum jam menyusui, peraslah ASI Anda dengan menggunakan alat pemeras ASI manual atau elektrik dan menampungnya botol-botol yang sudah dipersiapkan.
Saat waktu menyusui tiba, Anda tetap bisa menyusui anak-anak bersamaan (yang satu langsung ke payudara Anda, yang lainnya dengan botol), tanpa salah satu diantara mereka menangis terlebih dahulu karena kelaparan. Mintalah bantuan orang-orang di sekitar Anda untuk memudahkan kegiatan ini. Satu lagi, miliki buku untuk mencatat siapa yang mengisap payudara pertama kali dan siapa yang minum terakhir agar tidak lupa atau tertukar.
6. Mitos: Hanya lelaki (yang terlahir kembar) yang dapat menurunkan gen kembar.
Fakta:  Masing-masing generasi, entah itu lelaki atau perempuan, dari keluarga tertentu memiliki peluang yang sama dalam melahirkan bayi kembar. Akan semakin besar jika memang ada salah satu dari suami atau istri yang memiliki gen kembar kemungkinan memiliki anak kembar akan semakin besar.
Kemungkinan memiliki anak kembar biasanya juga bisa terjadi karena perempuan mengalami pelepasan sel telur secara berlebihan atau hiperovulasi. Pada akhirnya, hiperovulasi bisa menurun pada anaknya yang berjenis kelamin perempuan.
7. Mitos: Hanya anak kembar yang bisa memiliki keturunan kembar
Fakta: Kehamilan kembar memang sangat mungkin terjadi pada pasangan yang memiliki keturunan kembar. Namun, di era ilmu kedokteran yang sudah semakin maju, sudah tersedia obat pemicu tumbuh-kembang sel telur (biasanya yang memiliki masalah fungsi indung telur/ovarium).
Pada kasus ini, terjadi pematangan dan pelepasan sel telur lebih dari satu yang kemudian dibuahi lebih dari satu sel sperma juga, hingga kehamilan kembar itu terjadi. Pembuahan dapat terjadi secara alami di dalam saluran telur atau di laboratorium pada kasus bayi tabung.
8. Mitos: Anak kembar yang terpisah dari ibu mempunyai badan yang lebih pendek.
Fa kta:  Jika tinggi badan anak tidak setinggi ibunya, lebih logis jika disebabkan gen bawaan dari orangtuanya, kurangnya asupan nutrisi, dan stres. Meski demikian, anak yang tidak dipisahkan dengan ibunya, tentu akan mendapatkan perhatian lebih baik, dari segi fisik maupun mental. Sehingga masa tumbuh kembangnya bisa dilalui dengan optimal.
Foto: Getty Images
Lebih Sayang Pada Salah Satu Anak
Permasalahan yang kerap terjadi pada ibu yang memiliki anak kembar adalah ketika ia merasa lebih dekat dengan satu anak dan cenderung menjauhi anak kembar yang lainnya. Bisa saja ini terjadi karena anak kembar yang dekat dengannya tidak serewel anak kembar yang lainnya. Seringkali, ibu merasa bersalah. Jauh di lubuk hatinya, ibu merasa tak adil dalam membagi kasih sayang.
Jika ini adalah tantangan yang harus dilalui orangtua beranak kembar, maka cara terbaik melewatinya adalah menjalani proses ini sebagai tahap-tahap perkenalan lebih dekat pada buah hati Anda. Menurut Joan Friedman, Ph.D., wajar saja jika Anda merasa lebih sayang pada Si A dibanding Si B, di bulan-bulan awal kelahirannya. Yang harus dilakukan adalah jujur terhadap diri sendiri, sehingga beban dan rasa bersalah akan terangkat. Hasilnya, Anda bisa lebih fokus memikirkan bagaimana caranya mencegah masalah-masalah yang akan muncul di masa mendatang karena Anda memanfaatkan waktu untuk mengenali karakter bayi kembar Anda.
Ingat, Bu, semakin lama, kedekatan emosional maupun fisik dengan buah hati akan lebih intim. Pasalnya, kasih sayang pada anak tidak bersifat statis, rasa ini akan selalu ada dan berkembang. Lambat laun, ketika Anda sudah mengenali karakter kedua bayi ini diperkuat insting ibu, celah menenangkannya pasti ditemukan.




sumber

No comments:

Post a Comment